Sambut Pemerintahan Prabowo, 71 Organisasi Buruh dan Ojol Kumpul, Hasilkan Resolusi Melawai

  • Bagikan
TARUH HARAPAN BESAR: Sunarti, salah satu aktivis buruh (tiga dari kanan) menyerahkan secara resmi Resolusi Melawai kepada Dewan Pakar Presiden Terpilih yang diwakili oleh Prof. Dr. Darwin Ginting. di Jakarta, Selasa (15/10).

INDOSatu.co – JAKARTA – Organisasi Buruh dan Ojol menaruh harapan besar pada Pemerintahan Prabowo Subianto yang akan dilantik pada 20 Oktober 2024 mendatang. Hal itu ditandai dengan digelarnya kegiatan organisasi pada Pertemuan Nasional Serikat Buruh/Serikat Pekerja untuk Advokasi Kebijakan yang dilaksanakan pada 14-15 Oktober 2024 di Jakarta.

Menurut Rudi HB Daman dari GSBI, salah seorang insiator pertemuan pimpinan konfederasi dan federasi serikat buruh bukan untuk dukung mendukung tetapi merumuskan rekomendasi kebijakan ketenagakerjaan.

“Terdata acara ini dihadiri oleh 6 Konfederasi dan 62 Federasi Serikat Buruh serta 3 Organiasi Ojol. Pertemuan ini bukan untuk dukung mendukung, tetapi semata-mata merumuskan rekomendasi kebijakan bidang ekonomi dan ketenagakerjaan karena 10 tahun terakhir kaum buruh benar-benar terpuruk,” ujar Rudi dalam keterangannya, Selasa (15/10).

Suasana pertemuan puluhan organiasasi buruh ini penuh keakraban. Acara dibuka dengan Lagu Kebangsaan dan diikuti oleh lagu Pembesan yang mengisahkan perjuangan buruh, tani, mahasiswa dan rakyat miskin kota yang dinyanyikan dengan penuh semangat. Terlihat tokoh-tokoh yang dikenal sebagai aktivis buruh seperti Bambang Wirahyoso (KSPN), Moh. Jumhur Hidayat (KSPSI), Dedi Hardianto (KSBSI), Wahidin (KBMI), Dartha Pakpahan (K-SBSI), Joko Wahyudi (K-SARBUMUSI) dan Arif Minardi (FSP-LEM SPSI) serta tokoh senior gerakan buruh Saut Aritonang (SBM-SK).

Baca juga :   Sambut 21,3 Juta Pemudik Jateng, Menko PMK Pimpin Rakor di Semarang

Acara semakin semarak karena dihadiri tokoh-tokoh aktivus buruh perempuan diantaranya Nining Elitos, Sunarti, Mirah Sumirat, Emelia Yanti, Rosdaria dan Raslina Rasyidin. Peserta yang merupakan pimpinan buruh itu hadir sebanyak 152 orang.

Mengantarkan dialog sosial yang dihadiri oleh Dewan Pakar Presiden Terpilih, Ketua Umum KSPSI Moh. Jumhur Hidayat menyampaikan agar tim dari Dewan Pakar bersedia mendengarkan masukan-masukan dari kaum buruh yang dikompilasi menjadi sebuah Rekomendasi Kebijakan dan Resolusi Melawai.

“Setelah mendengarkan masukan kaum buruh, para peserta diharap bisa berdialog langsung dengan Tim dari Dewan Pakar Presiden Terpilih dengan sebebas-bebasnya, termasuk menyampaikan kergetiran selama 10 tahun terakhir ini,” kata Jumhur.

Usai merumuskan Rekomendasi Kebijakan dan Resolusi Melawai, peserta yang diwakili oleh tokoh-tokoh buruh perempuan membacakan secara bergantian Resolusi Melawai itu di hadapan Dewan Pakar Presiden Terpilih. Setelah dibacakan, Sunarti menyerahkan secara resmi Resolusi Melawai kepada Dewan Pakar Presiden Terpilih yang diwakili oleh Prof. Dr. Darwin Ginting.

Resolusi Melawai, diantaranya berisi perlunya pertumbuhan ekonomi yang inklusif, sehingga seharusnya setiap kebijakan pembangunan harus mempertimbangkan dampak pada ketenagakerjaan. Dengan cara seperti itu, maka industrialisasi dan reforma agraria menjadi lebih mudah untuk dijalankan.

Salah satu hancurnya industri dalam negeri adalah karena membanjirnya produk asing, baik resmi maupun ilegal. Karena itu, pemerintah baru harus mengevaluasi dan menertibkan semua aturan impor barang konsumsi seperti industri tekstil dan produk tekstil, barang elektronik, makanan dan minuman serta impor kendaraan listrik dengan mensubsidi orang-orang kaya dengan dana APBN.

Baca juga :   Pasangan Polisi Sumsel Diapresiasi DPR setelah Adopsi Bayi Telantar

Dalam Resolusi itu disebutkan bahwa Impor Ilegal juga menjadi penyebab hancurnya industri dalam negeri, sehingga semua oknum aparat yang terlibat harus ditindak tegas, baik itu di pelabuhan impor yang resmi dan juga pelabuhan-pelabuhan “tikus”.

Dalam suasana yang hening Emelia Yanti menyuarakan agar Pemerintah mengumumkan penghentian menyeluruh tentang TAPERA (Tabungan Perumahan Rakyat), Asuransi Kendaraan Wajib (Third Party Liabilities) dan tambahan iuran dana pensiun yang saat ini belum terlalu mendesak untuk dilakukan.

Sementara itu, Mirah Sumirat menyampaikan agar Pemerintah segera mencabut sumber masalah ketenagakerjaan, yaitu  UU Omnibuslaw Cipta Kerja beserta aturan turunannya. Menerbitkan aturan baru (UU) tentang sistem pengupahan nasional, melaksanakan sistem jaminan sosial semesta sepanjang hayat (Universal Social Security) dan menjamin kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat.

Selain itu, Mirah juga berharap perlunya melaksanakan dialog sosial bersama unsur buruh dan pengusaha untuk mengevaluasi, merevisi bahkan mencabut berbagai peraturan yang menghambat kepastian kerja (Job Security) dan kepastian pendapatan yang layak (income security) dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas.

Baca juga :   Terima Ketua Serikat Buruh Gaza, Jumhur Sampaikan Dunia Bangun Solidaritas untuk Palestina

Sedangkan Nining Elitos, menjelaskan perlunya perluasan pasar kerja luar negeri untuk penempatan tenaga kerja berketrampilan. Menjamin dan memberikan perlindungan sejati yang paripurna bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) sejak proses perekrutan, pada masa penempatan dan proses kepulangan hingga integrasi sosial saat mereka pulang (Purna Migran). Pemerintah juga harus meratifikasi Konvensi ILO 188 tahun 2007 tentang Pekerjaan Dalam Penangkapan Ikan.

Secara khusus, Ketua Umum KSBSI Elly Rosita Silaban yang masih berada di Brussels Eropa menyampaikan pentingnya transformasi untuk menuju energi bersih harus direncanakan secara matang dan memenuhi rasa keadilan, sehingga tidak boleh ada seorangpun yang  merasa ditinggalkan terutama kaum buruh/pekerja.

Menambahkan Elly Rosita Silaban, Ketua Umum FSP LEM SPSI mencontohkan agar perubahan dari energi fosil dalam kendaraan menuju kendaraan berenergi listrik harus terlebih dahulu mengedepankan Karbon Netral ketimbang beralih langsung dan sepenuhnya kepada kendaraan listrik sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan.

“Sebagai masa transisi dapat dikembangkan mobil hybrid sehingga tidak perlu mem-PHK buruh bahkan bisa merekrut tenaga kerja baru dalam bidang kelistrikan dan baterai serta para pekerja yang ditugaskan menanam pohon sebagai upaya untuk menetralisasi karbon,” sambung Arif Minardi. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *