INDOSatu.co – LAMONGAN – Pemerintah Kabupaten Lamongan meninjau temuan struktur geologi yang diduga gua oleh warga saat melakukan penggalian sumur di Dusun Sidowayah, Desa Lawangan Agung, Kecamatan Sugio, Senin (7/10).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan Andhy Kurniawan mengatakan bahwa, saat meninjau awal, belum bisa memastikan bahwa struktur geologi tersebut adalah gua. Karena peninjauan yang dilakukan belum menyediakan SDM yang meneliti secara pasti.
“Kita belum bisa membenarkan bahwa itu adalah gua, karena memang saat ini belum dilakukan studi penelitian secara mendalam,” tutur Andhy kepada wartawan, Senin (7/10).
Namun dari indikasi yang dilihat, kata Andhy, memungkinkan struktur geologi tersebut adalah gua jenis karst atau kapur. Dugaan tersebut didukung oleh adanya struktur bebatuan di lokasi yang berasal dari batu karst atau kapur atau gamping. Yang kedua, kata dia, banyaknya aktivitas (bau dan sisa-sisa kegiatan kelelawar) kelelawar di sekitarnya. Lalu yang ketiga, jika diamati dari foto-foto warga setempat, struktur geologi disana terdapat stalaktit dan stalagmit.
“Berdasarkan studi secara makro ada indikasi yang memperkuat dugaan struktur geologi yang ditemukan adalah gua dengan jenis karst. Namun, lebih jelasnya lagi ialah setelah diadakan studi penelitian. Dan gua karst sendiri memiliki kapasitas yang berbeda-beda, ada yang kecil dan besar,” jelas Andhy.
Untuk memastikan kebenarannya pun, ungkap Andhy, perlu dilakukan studi geolistrik, dan tentu memerlukan kolaborasi bersama Badan Geologi, Pemerintah Provinsi, dan lainnya. Karena di Kabupaten Lamongan tidak ada OPD yang menangani temuan ini.
“Dari kacamata lingkungan hidup, jika memang kedepan temuan tersebut adalah gua jenis karst. Maka Pemkab Lamongan harus melakukan upaya perlindungan kawasan tersebut. Adanya gua karst sendiri memang berfungsi melindungi cadangan air tanah (CAT) di bawahnya,” terang Andhy.
Andhy menambahkan bahwa, tidak hanya satu, terowongan sejenis (jarak berdekatan kurang lebih 100 m) rupanya sudah pernah ditemukan pada 20 hingga 30 tahun lalu. Bahwa temuan terdahulu sudah terdapat undakan tangga untuk mencapai terowongan itu.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Lamongan Siti Rubikah mengatakan bahwa, temuan tersebut masih jauh untuk bisa dikatakan sebagai destinasi wisata di Lamongan. Selain belum adanya konfirmasi dari pihak terkait, untuk menuju sebagai destinasi wisata juga diutamakan faktor keselamatan dan keamanannya.
“Untuk menjadi destinasi wisata masih sangat jauh. Pertama belum ada kepastian (temuan dan dugaan). Padahal, kami juga memerlukan kepastian dibidang keselamatan dan keamanan,” kata Rubikah.
Rubikah menerangkan bahwa, Disparbud Lamongan sudah melakukan koordinasi bersama Balai Pelestarian Kebudayaan. terkait keberadaan pecahan keramik atau lempengan yang mengindikasi benda purbakala. “Setelah peninjauan awal tadi tidak terdeteksi adanya pecahan keramik atau lempengan benda purbakala,” terangnya.
Rubikah mengungkapkan bahwa penelitian ini membutuhkan kolaborasi dari berbagai sektor. Terkait tindak lanjut, Disparbud menunggu keputusan dari Bagian Sumber Daya Alam (SDA). ”Karena penelitian memang akan melibatkan banyak pihak,” pungkas Rubikah. (*)