INDOSatu.co – JAKARTA – Akun Fufufafa kembali menjadi sorotan publik menjelang pelantikan capres dan cawapres terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada 20 Oktober mendatang. Akun ini ramai dikaitkan dengan calon wakil presiden terpilih lantaran diduga milik Gibran Rakabuming Raka.
Sebelumnya, Roy Suryo, Pakar Telematika pernah memberikan pernyataan bahwa akun Kaskus viral Fufufafa 99,9 persen milik Gibran, kini pakar telematika tersebut kembali mengejutkan publik. Bahkan, kini Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) juga menyebut Fufufafa ada keterkaitan dengan Gibran.
”Akun fufufafa satu demi satu bukti terkuak. Meskipun berat, ia menyebutkan dirinya yang dilaporkan akibat temuan akun fufufafa 99,9% itu mengarah ke Gibran,” kata Roy Suryo dalam keterangannya kepada INDOSatu.co, Senin (7/10).
“Perjuangan Bocor Alus Tempo meski berat mengeluarkan rilisnya tentang fufufafa, sebenarnya pengakuan Roy dirinya pernah mendengar informasi terkait kepemilikan akun fufufafa tetapi lebih bagus apabila ada institusi negara yang mengungkap,” imbuhnya.
Roy menuturkan, apa yang dirilis Bocor Alus Tempo itu menarik, katanya mereka dapat kabar bahwa 2 minggu lalu ketika kasus akun fufufafa itu heboh sudah ada perintah untuk langsung ke BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), institusi resmi biasa memvalidasi kalau ada temuan dan biasanya diandalkan oleh Kementerian Kominfo dan nantinya diandalkan dalam penyidikan di aparat.
“Dan ternyata, temuan BSSN ini mengejutkan karena akun fufufafa yang ada di Kaskus yang beberapa tahun lalu memang valid milik wapres terpilih, sehingga membuat Istana menjadi kemudian panik gitu ya,” tandas Roy Suryo.
Dari ungkapan Bocor Alus Tempo, kata Roy, kemudian ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan lagi-lagi yang bersangkutan mengelak dan tidak mengakui kalau akun itu miliknya.
“Menariknya kemudian kata Tempo di bocor alus ditanyakan ke adiknya. Istana menanyakan ke adiknya Kaesang dan Kaesang ngaku jawab. Kan Kaesang orangnya gitu ceplas ceplos ya kadang ketelepasan. Jawaban Kaesang mengamini akun fufufafa milik kakaknya,” ujar Roy.
“Maka kemudian awalnya itu melakukan upaya bumi hangus bukti-bukti akun fufufafa ada 5000 postingan tapi untungnya nitizen dan kawan-kawan sudah sempat melakukan penyelamatan dengan screenshot. Sehingga 2100 akun tersebut dihapus, kita sudah punya screenshotnya, copy link-nya,” tutur Roy.
“Jadi, andai kata nantinya akan dilakukan penyidikan silahkan saja, log-nya sudah kita juga punya kemudian dibuka lagi,” terangnya.
Roy Suryo juga menyinggung Prof. Jimly Asshiddiqie yang meminta untuk memaafkan jika benar akun itu milik Gibran dan hal itu sudah lama masa lalu 10 tahun yang lalu. Menurut Jimly, bisa ini akun itu milik Gibran. Namun, kata Roy Suryo, bukan bisa jadi, akun ini memang 99, 9 persen milik wapres terpilih.
“Saya dipastikan bukan soal hanya kejahatan lama, tapi kejahatan penghapusan 2100 postingan itu kejahatan baru. Dan itu bisa dicari log-nya, gampang tinggal panggil aja Andrew Darwis CEO-nya Kaskus, servernya kan ada di cyber. Itu mudah sebenarnya dan itu baru seminggu yang lalu. Itu bisa di-track,” beber Roy Suryo.
Selanjutnya, bukti ke dua kalau mau dicari bukti kejahatan barunya, yaitu penghapusan nama dia di akun gopay, di Ovo itu kejahatan.
“Orang yang daftar akun payment, getaway dll itu harus pakai nama asli. Kalau dia namanya tadinya nama dia kemudian diganti jadi nama Slamet ini namanya pemalsuan dokumen. Harusnya ini menjadi bukti kriminal yang dilakukan lagi,” tegas Roy.
Jadi, kata Roy Suryo, ada dua alat bukti baru, kriminal yang dilakukan oleh suruhannya kalau dia tidak ngaku tapi kan jejak digital akan ada.
“Maka ketika saya dilaporkan justru ngga apa-apa, saya justru senang kalau dilaporkan. Polisi akan menggunakan namanya scientific crime Identification. Harus menggunakan bukti forensik untuk menentukan siapa pemilik akun fufufafa itu. Dan itu clear, pembuktiannya harus dari pelapor dulu membuktikan bahwa pemilik akun itu bukan Gibran (Red), dan yang punya akun fufufafa dipanggil juga. Jangan seolah-olah saya yang harus membuktikan. Kebalik itu,” urai Roy Suryo. (*)