Pupuk Langka Diduga Lemahnya Distribusi di Lapangan

  • Bagikan
BENAHI JALUR DISTRIBUSI: Ketua Umum HKTI, Moeldoko mengaku siap mengurai kelangkaan pupuk yang diduga karena lemahnya jalur distribusi di lapangan.

INDOSatu.co – SEMARANG – Kelangkaan pupuk di Indonesia akhir-akhir ini ditengarai sistem distribusi yang masih lemah. Sehingga, beberapa daerah mengalami kelangkaan bahan penyubur tanaman itu.

Menyikapi kelangkaan pupuk tersebut, Ketua HKTI Pusat mengundang para direktur perusahaan pupuk se-Indonesia dan jajaran Kementerian Pertanian untuk membicarakan masalah tersebut.

“Nanti kita tunggu solusinya karena memang ada perubahan formulasi untuk subsidi yang semakin menyempit,” kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Moeldoko, dalam acara silaturahmi dan panen padi dengan Perempuan Tani HKTI Jawa Tengah di Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kamis (18/11).

Baca juga :   Anggap Sumir, Rahmad: Kami Hormati Putusan PTUN

Moeldoko mengakui bahwa untuk pupuk subsidi, memang tidak bisa diberikan seluruhnya. Semua ada alokasinya. Intinya, sebagai ketua HKTI, saya sangat merasakan apa yang dirasakan oleh petani Indonesia. Terkait dengan kelangkaan pupuk, Moeldoko mengaku bahwa kini belum dilakukan operasi pasar. Yang terpenting saat ini, pihaknya akan melihat titik lemahnya distribusi terlebih dahulu.

“Jadi, memang titik lemahnya ada di distribusi. Kenapa bisa seperti ini, apakah ada rembesan pupuk itu lari ke kebun atau bagaimana? Ini masih kita cari jalan terbaik, agar semuanya bisa berjalan normal kembali,” tambahnya.

Baca juga :   Kuras Miliaran, Lima Spesialis Perkantoran Dibekuk Petugas

Sedangkan, terkait harga bawang merah yang anjlok di bawah Rp 9 000 rupiah, Moeldoko mengaku kondisi tersebut jelas sangat memukul petani. Sebab, idealnya harga bawang merah itu harus di atas Rp 12,5 ribu. Itu merupakan batas kritisnya. Jika harganya di atas Rp 12,5 ribu, petani baru bisa menikmati untung.

“Ini memang sebuah persoalan. Sebenarnya pengalaman seperti ini harus dipecahkan melalui sebuah perhitungan yang balance terkait supply and demand,” imbuhnya.

Baca juga :   Petugas Temukan Wanita - Lima Pria dalam Satu Kamar

Selain itu, menurut dia, Kementerian Pertanian bisa membuat peta seberapa banyak tahun ini petani yang menanam bawang putih. Bahkan, kebutuhan nasional dari tahun ke tahun seperti apa, sehingga harus dicari keseimbangan agar tidak ada panen secara berlebihan.

“Ini merupakan sebuah persoalan, sebenarnya pengalaman seperti ini harus dipecahkan melalui sebuah perhitungan balance terkait supply dan demand,” pungkasnya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *