INDOSatu.co – JAKARTA – Elektabilitas Basuki T. Purnama yang tiba-tiba melejit mencapai 20 persen yang menempatkannya di posisi kedua di bawah Anies Baswedan (29,8 persen) seperti temuan terbaru Litbang Kompas terkait Pilgub Jakarta 2024 mengejutkan banyak kalangan.
Hal ini memantik pertanyaan apakah Litbang Kompas memang sedang mempromosikan mantan Gubernur DKI Jakarta yang akrab disapa Ahok tersebut. Mengingat tingginya margin of error dari survei yang digelar pada 15-20 Juni 2024 dan diriis pada Selasa, 16 Juli 2024 lalu itu.
“Entah Litbang Kompas ini memang ada proyeksi, entah karena memang membaca situasi (riil di masyarakat). Karena memang tidak mungkin begitu saja orang melupakan Ahok,” jelas pengamat politik Taufiq Amrullah kepada wartawan Jumat (19/7).
Karena tingginya margin of error survei Litbang Kompas yang mencapai 5 persen atau persisnya kurang lebih 4,9 persen, membuat rentang hasil survei Ahok yang sebenarnya juga besar, bisa 24-25 persen atau 15-16 persen. Demikian juga Anies bisa sampai 34-35 persen atau sebaliknya 25-26 persen.
“Padahal biasanya survei dari lembaga-lembaga survei itu margin of error-nya 2 persenan. Ini tidak, bisa hampir 5 persen (margin of error-nya). Karena memang respondennya juga sedikit, cuma 400. Biasanya kan 1.200, minimal 800 respondenlah,” ungkap Direktur Progress Indonesia ini.
Karena itu, dia menambahkan, PDI Perjuangan pun langsung menangkap dan mempertimbangkan untuk mengusung Ahok merujuk temuan Litbang Kompas. Karena memang berpotensi bersaing dengan Anies Baswedan.
“PDIP dengan adanya survei litbang Kompas ini langsung melirik Ahok dan konsolidasi grasroot langsung bergairah. Kayaknya PDIP bakal mengusung dia ini,” katanya menekankan.
Menurutnya PDI Perjuangan sangat mungkin mengusung Ahok meski harus mencari koalisi mengingat partai itu hanya memiliki 16 kursi di DPRD DKI Jakarta, kurang 6 enam kursi lagi untuk memenuhi 20 persen dari jumlah kursi anggota dewan sebagai syarat minimal pencalonan.
“Karena kan PSI bisa jadi tiba-tiba nyeberang ke Ahok. Terus partai-partai kecil lain bisa juga ikut mendukung. Kan PDIP tinggal kurang 6 kursi lagi. Bisa jadi itu,” paparnya.
Kemarin, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar juga menyinggung soal margin of eror ini, meskipun tidak secara spesifik menyebut nama Litbang Kompas. Pimpinan partai yang kemungkinan besar akan mendukung Anies ini menyampaikan itu di akun X-nya, @cakimiNOW.
“Media kita memprihatinkan, memberitakan hasil survey dengan mengabaikan margin of error, seolah itu kebeneran. Kita kehilangan kebenaran objektif seperti pemimpin melarang anak buah atas apa yang dilakukanya sendiri. Drama kepalsuan teyuss,” tulisnya, seperti dikutip KBA News malam ini.
Sementara itu sebagaimana diberitakan sebelumnya, tingginya elektabilitas Ahok itu mengejutkan elite PDIP. Karena Ahok yang juga salah satu Ketua DPP PDIP itu belum pernah mendeklarasikan diri sebagai cagub.
“Yang baru deklarasi ini kan Anies Baswedan. Wajar-wajar saja baru dideklarasikan, maka pemberitaan dan publik penerimaannya tinggi itu wajar. Justru yang menjadi kejutan yang tidak pernah dideklarasikan, seperti Ahok, tiba-tiba tinggi,” kata Ketua DPP PDIP Said Abdullah Rabu lalu.
Dia mengatakan kepemimpinan Ahok selama menjadi Gubernur DKI Jakarta sudah teruji dan berhasil. Dia pun berharap musyawarah partai akan memutuskan Ahok sebagai calon kepala daerah. Menurutnya, kontestasi Pilgub Jakarta kembali akan sengit bahkan Ahok berpotensi mengalahkan Anies. (*)