INDOSatu.co – BOJONEGORO – Maria Ulfa, 48, warga Desa Kkepek, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tergolong petani yang tidak mudah menyerah dengan keadaan. Meski berkali-kali merugi, dia masih tetap bertahan sebagai petani, kendati bidang garapnya berbeda. Jika sebelumnya dia bercocok tanam padi, kini dia beralih menjadi petani pisang.
Lantaran banting setir tanam pisang tersebut, kini Ulfa mengaku mendapat penghasilan lumayan besar. Padahal, ketika menjadi petani yang menanam padi, dia terus didera rugi karena jarang panen. Kalau pun panen, hasilnya juga mengecewakan. Penyebabnya, padi yang kadung ditanam dan siap panen itu, diserang hama. Karena itu, sawah untuk tanam padi yang tidak menguntungkan itu, disulap menjadi kebun untuk ditanami pisang cavendish.
“Waktu tanam padi, jarang ada untung. Kembali modal saja sudah bagus. Akhirnya saya ubah sawah itu menjadi kebun,” kata Ulfa kepada wartawan INDOSatu.co, Kamis (11/11).
Dengan menanam pisang cavendish, Ulfa mengaku setiap Minggu mampu meraup omset jutaan rupiah. Dia mengungkapkan bahwa beralih menanam pisang cavendish itu sudah dilakukan sejak 2020. Dia saat itu berpikir, apa salahnya beralih tanam pisang. Karena selain perawatannya gampang, pohon pisang itu tahan hama. “Alhamdulillah kita mulai menikmati hasilnya,” kata Ulfa.
Dengan dibantu suaminya, Ulfa mengaku memiliki sawah kurang lebih seluas 1 hektare. Lahan seluas itu dia tanami pisang cavendish sebanyak 2000 pohon.
“Semua ini saya syukuri. Akhirnya tidak sia-sia. Dalam kurun waktu dua bulan, saya sudah dapat menikmati hasilnya. Dan hasilnya lebih besar dibanding hasil tanam padi,” kata Ulfa.
Pohon pisang jenis cavendish sendiri memiliki postur pohon yang pendek, yakni tinggi pohon kurang lebih satu setengah meter. Hal itu jelas memudahkan perawatan agar menghasilkan buah pisang dengan kualitas bagus.
Dalam kurun waktu setahun terakhir ini, ungkap Ulfa, setiap harinya ia mampu memanen buah pisang antara 10 sampai 20 tandan pisang. Untuk harganya, dia biasa mematok harga sebesar Rp 100 ribu per tandan atau Rp 20 ribu setiap sisirnya. Sedangkan untuk pemasarannya, Ulfa mengaku, beberapa rumah sakit di Kabupaten Bojonegoro selalu langganan dan mengambil buah pisang miliknya. Bahkan, kini Ulfa mengaku kualahan melayani pesanan. (*)