Sambut HJL ke 455, Bupati-Forkopimda Ziarah ke Makam Leluhur Lamongan

  • Bagikan
HORMATI LELUHUR: Bupati Lamongan Yuhronur Efendi (paling kanan) beserta jajaran Forkopimda Kabupaten Lamongan melakukan ziarah ke makam leluhur Lamongan, Sabtu (25/5).

INDOSatu.co – LAMONGAN – Menyongsong Hari Jadi Lamongan (HJL) ke-455 tahun, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi beserta jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Lamongan melakukan ziarah ke makam leluhur Lamongan, Sabtu (25/5). Makam leluhur yang diziarahi itu, yakni Makam Mbah Sabilan, Mbah Punuk, dan Mbah Lamongan, yang berlokasi di Kelurahan Tumenggungan, Kecamatan Lamongan

Menurut Bupati Yuhronur, para leluhur di Lamongan memiliki peran penting. Atau bisa disebut sebagai pioner dalam membawa kejayaan Lamongan di masa lampau hingga saat ini.

“Alhamdulillah di Hari Jadi Lamongan yang ke 455 tahun ini, akan kita jadikan momentum untuk menghormati jasa leluhur yang telah membawa kejayaan Lamongan pertama kalinya,” tutur Pak Yes, sapaan akrab Bupati Yuhronur.

Baca juga :   Peringati HUT ke-51 Korpri dan TNI ke-77, Gowes Bareng, Sediakan Tiga Unit Motor

Orang nomor satu di Kota Soto itu mengatakan bahwa, sebagai generasi yang bertugas melanjutkan dan mempertahankan kejayaan Lamongan, harus meneladani sifat positif yang dimiliki para leluhur. Terutama harus diterapkan dalam melakukan pembangunan berkelanjutan di Lamongan.

“Tugas kita adalah melanjutkan dan mempertahankan kejayaan Lamongan. Yangmana dapat dilaksanakan dengan melakukan pembangunan berkelanjutan untuk masyarakat Lamongan. Tentu para leluhur harus kita jadikan teladan,” kata Pak Yes.

Baca juga :   Jadi Penunjang Prestasi Non Akademik, Futsal Piala Bupati 2023 Mulai Bergulir

Seperti yang diceritakan, bahwa Rangga Hadi (Bupati Lamongan Periode 1569-1607) memiliki sifat mengayomi masyarakat. Karena itu, Rangga Hadi disebut sebagai Mbah Lamong yang berasal dari Bahasa Jawa “Ngemong” atau yang berarti mengayomi dalam menyebarkan ajaran agama, mengatur pemerintahan, dan kehidupan masyarakat di Kawasan Kenduruan, karena beliau merupakan santri Sunan Giri.

Begitu juga dengan Mbah Punuk dan Mbah Sabilan, keduanya merupakan tokoh penting dalam sejarah Lamongan. Mbah Sabilan yang hingga saat ini belum diketahui nama aslinya, sangat erat kaitannya dengan tradisi calon pengantin perempuan yang melamar calon pengantin laki-laki di Lamongan. Tradisi tersebut diambil dari kisah putri Adipati Wirasaba, Dewi Andanwangi dan Andansari, jatuh hati pada kedua putra Raden Panji Puspa Kusuma, yang melamar adalah pihak perempuan.

Baca juga :   Kerjasama Pemkab - Unisla, Yuhronur: Hasilnya Dirasakan Masyarakat

Mbah Sabilan juga merupakan seorang patih atau panglima perang dari adipati ke-3 Lamongan Raden Panji Puspa Kusuma ayah dari Raden Panji Laras dan Panji Liris sekitar tahun 1640-1665. Beliau diberi nama Mbah Sabilan karena meninggal sebagai sabilillah di medan perang. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *