INDOSatu.co – LAMONGAN – Suasana duka menyelimuti keluarga Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi. Mantan Sekda Lamongan itu kembali berduka karena dua orang penting dalam hidupnya, meninggal dalam waktu 50 hari. Muhtarom, ayahanda Yuhronur meninggal pada Kamis (17/5) sore dan dimakamkan pada Jumat (18/5) setelah menjalani perawatan medis di RSUD Soegiri Lamongan.
Sebelumnya, Zahronis, ibunda Yuhronur lebih dulu dipanggil Sang Khaliq pada Jumat (29/3). Almarhum Muhtarom dimakamkan di samping pusara Zahronis, istrinya, di pemakaman umum Desa/Kecamatan Karanggeneng. Di rumah Desa Karanggeneng itulah Yuhronur dan tiga saudaranya, Miftahul Khoiri Efendi (almarhum) Ujik Silvian Efendi dan Zaenal Arifin, waktu kecil, tinggal.
Diantara empat bersaudara, hanya Ujik Silvian yang meniti karir sebagai politisi. Ujik adalah anggota DPRD Lamongan dari Partai Golkar. Saat Muhtarom wafat, posisi Ujik masih di Tanah Suci karena menjalani ibadah haji.
Pemakaman almarhum Muhtarom sendiri tidak dilakukan malam itu, melainkan esok paginya, Sabtu 18 Mei 2024, seraya menunggu kedatangan Yuhronur yang saat kondisi Muhtarom sedang kritis, juga sedang mengikuti acara kedinasan di Jakarta yang dihadiri Wapres RI Ma’ruf Amin.
”Saat beliau kapundut (meninggal, Red), saya juga posisi masih di Jakarta, mengikuti acara penerimaan penghargaan bidang perpustakaan yang diserahkan Wapres RI Ma’ruf Amin,” kata Yuhronur kepada wartawan INDOSatu.co saat bertakziyah di rumah duka, di Desa Karanggeneng, Lamongan.
Pengamatan INDOSatu.co di rumah duka, ratusan karangan bunga ucapan duka dari berbagai kolega Yuhronur menghiasi mulai dari selatan pintu Pasar Karanggeneng hingga rumah duka. Mulai dari mantan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, pejabat pemerintah dari Jakarta, bupati dan Walikota se-Jawa Timur, dan Forkompimda, pengurus NU dan Muhammadiyah, dan pejabat dan ASN di lingkungan pemkab Lamongan.
Sejak Jumat (18/5), tamu dari berbagai kalangan, terutama dari warga Lamongan, juga silih berganti terus berdatangan. Maklum, bagi warga Desa Karanggeneng, Muhtarom termasuk tokoh yang dituakan dan menjadi panutan bagi warga setempat.
Saat di rumah duka, sore itu puluhan santri laki dan perempuan Ponpes An-Nur Karanggeneng menggelar tahtimul quran untuk mendoakan almarhum. Ponpes An-Nur tersebut merupakan wakaf dari almarhum Mahtarom yang pengelolaannya diserahkan untuk kepentingan agama.
”Meski saya dan keluarga merasa kehilangan figur teladan, kami akhirnya harus mengikhlaskan bapak,” kata Yuhronur.
Mengapa? Yuhronur lalu menceritakan bahwa ayahnya tersebut menjalani perawatan yang lumayan lama sepeninggal Zahronis. Hampir 50 hari. Seminggu setelah Zahronis meninggal, Muhtarom masuk ke rumah sakit. Selama itu pula, Muhtarom menjalani perawatan medis. Kadang membaik, lalu kondisinya memburuk dan itu terjadi beberapa kali hingga almarhum meninggal. Hal itu dimaklumi karena usia Muhtarom juga tergolong senja, yakni hampir 80 tahun.
”Sebelum meninggal, Yuhronur juga sempat melakukan video call bersama saudara-saudaranya, termasuk Ujik Silvian Efendi, yang sedang menjalani ibadah haji di Tanah Suci. Allah SWT punya rencana terbaik buat Bapak (almarhum Muhtarom, Red), kami mengikhlaskan beliau,” kata Yuhronur.

Bagi Yuhronur, almarhum Muhtarom adalah figur yang patut diteladani, terutama bagi keluarganya. Selain mengajarkan kesederhanaan, almarhum juga selalu mewanti-wanti kepada putra-putranya untuk peduli terhadap agama dan lingkungan serta memiliki welas asih kepada sesama.
”Kesederhaan dan sikap welas asih itulah yang membuat saya dan saudara kami tertempa untuk ngugemi pesan Bapak,” kata Yuhronur.
Untuk peduli terhadap agama dan lingkungan itulah, sampai-sampai saat menempuh pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Tuban, Yuhronur dititipkan nyantri di Pondok Pesantren Al Ma’hadul Islamy di Kelurahan Sidomulyo, Tuban yang diasuh almarhum KH Mahbub Ichsan, Ketua PD Muhammadiyah pertama di Bumi Ronggolawe. Meski bukan ponpes yang besar, maksud Muhtarom, yakni ingin agar Yuhronur juga memiliki bekal agama yang cukup.
Semua keteladaan Muhtarom telah menjadi tinta emas dan menjadi kenangan untuk putra-putranya dalam meniti karir di bidang masing-masing. ”Saya dan keluarga terus berdoa semoga Ibu (almarhumah Zahronis, Red) dan Bapak (almarhum Muhtarom, Red) mendapat tempat terbaik di hadapan Sang Khaliq,” pungkas Yuhronur. (adi/red)