Sikapi Politik Usai Pilpres 2024, Haedar Nashir: Muhammadiyah akan Tetap Netral

  • Bagikan
HARUS ADA PERBAIKAN: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan ceramah dalam Silaturahmi Idul Fitri 1445 H Keluarga Besar Muhammadiyah bertempat di gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Ahad (28/4) .

INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. menegaskan bahwa Muhammadiyah akan tetap bersikap independen dan netral dalam menghadapi situasi politik pasca keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait hasil Pemilu 2024.

Haedar mengingatkan agar segala dinamika yang dilakukan oleh para aktor politik harus tetap mematuhi hukum dan ketentuan yang sudah ditetapkan. Pernyataan itu disampaikan Haedar dalam agenda Silaturahmi Idul Fitri 1445 H Keluarga Besar Muhammadiyah pada Ahad (28/4) yang bertempat di gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

“Apapun proses politik yang dilakukan oleh partai politik manapun menurut saya silakan saja, selama tetap berpegang kepada koridor hukum serta ketentuan dan mekanisme yang berlaku. Namun perlu diingat pula bahwa semangat yang dilandaskan adalah semangat untuk mempersatukan dan memajukan bangsa. Ini juga menjadi momentum kita bersama untuk berintrospeksi, bahwa segala kekeliruan, baik selama Pemilu kemarin maupun kehidupan berbangsa kemungkinan adalah karena keterlibatan secara kolektif,” ujar Haedar.

Baca juga :   BPS Sebut Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Aleg DPR RI: Itu Bukan Prestasi

Haedar juga berpesan agar pemerintah dapat terus melakukan prinsip check and balances demi terciptanya proses saling mengontrol satu sama lain, sehingga kekuasaan tidak terpusat hanya di satu lembaga. Bentuk pengawasan pun dapat dilakukan oleh lapisan masyarakat termasuk oleh Muhammadiyah yang menurut Haedar, selama ini telah rutin memberikan saran maupun kritik atas berbagai isu bangsa.

Baca juga :   Tolak Proporsional Tertutup, HNW: Sistem Pemilu Terbuka Sesuai Konstitusi dan Putusan MK

“Prinsip check and balances ini sangat diperlukan, maka siapapun sebaiknya memang tidak boleh bersikap anti kritik. Selama ini Muhammadiyah selalu mendukung dan membantu terhadap hal-hal positif dan konstruktif, namun juga memberikan kritik atas hal-hal yang dirasa kurang pas. Dan tentunya kritik yang disampaikan oleh Muhammadiyah tetap berada dalam koridornya sebagai organisasi masyarakat berbasis keagamaan dan kemasyarakatan,” imbuhnya.

Guru besar UMY di bidang Sosiologi ini pun memandang perbedaan preferensi politik saat Pemilu sebagai hal yang wajar di kalangan masyarakat, termasuk di Muhammadiyah, dan agenda silaturahmi ini dianggap menjadi momentum untuk melupakan hal tersebut serta terus berproses ke depan. Ia berharap agar setelah ini dapat tercipta hubungan yang semakin baik antar sesama.

Baca juga :   Rekapitulasi Suara KPU, Anies-Imin Unggul di Jaksel, Jaktim dan Jakpus

“Semangat dalam menyambung tali silaturahmi itu berada dalam curahan rahmat dan kasih sayang Allah. Perbaikilah hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia, karena dengan menyambung silaturahmi kepada sesama maka Allah akan menyambung silaturahmi kepada orang tersebut. Apapun perbedaan pilihan yang terjadi sebelumnya di masyarakat harus segera dicairkan agar kita dapat terus melihat ke depan untuk membenahi bangsa dan negara ini,” pungkas Haedar. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *