INDOSatu.co – JAKARTA – Belum usai penyelidikan maupun sanksi atas meledaknya tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang menewaskan belasan pekerja pada 24 Desember lalu, ledakan serupa kembali terjadi. Hanya saja, kali ini tungku smelter yang meledak itu milik PT Sulawesi Mining Investment (SMI) pada Jumat (19/1) pukul 20.45. Akibat kejadian tersebut, dua pekerja meregang nyawa.
Menyikapi kejadian tersebut, anggota Komisi VII DPR RI Rofik Hananto menyayangkan terjadinya insiden tungku smelter meledak kembali di PT SMI tersebut. Rofik perlu menyampaikan belasungkawa atas dua tenaga kerja menjadi korban ledakan tersebut.
Meledaknya tungku smelter menjadi insiden ketiga bagi PT SMI. Menurut data LSM Trend Asia, dua insiden sebelumnya di PT SMI terjadi pada 2017 dan 2018.
Rofik mengatakan, insiden ini menambah catatan buruk bagi program hilirisasi yang selama ini digembar-gemborkan pemerintahan rezim Jokowi. Sepanjang tahun 2023 sendiri, sudah terdapat 20 kali kecelakaan terkait industri smelter.
“Kejadian meledaknya smelter PT SMI ini juga sangat ironis karena terjadi pada saat Pemerintah masih belum usai dalam menyelidiki insiden ledakan smelter yang terjadi di pabrik PT ITSS dengan korban jiwa sebanyak 19 orang,” tutur Aleg DPR RI Fraksi PKS tersebut.
Sebelumnya, pada 24 Desember 2023 lalu tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) meledak. PT ITSS ini juga beroperasi di komplek industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah, di mana PT SMI berada.
Rofik mengutip pernyataan Menko Marves Luhut Bisar Pandjaitan (LBP) yang menyampaikan akan tegas terhadap insiden yang terjadi di PT ITSS ini, bahkan sampai ke sanksi pidana apabila memang terbukti.
“Sayangnya, belum usai penyelidikan dan tindakan tegas terhadap PT ITSS, kejadian nahas ledakan smelter PT SMI ini terjadi,” imbuh Aleg DPR RI Dapil Jateng VII tersebut.
Rofik meminta pemerintah bertindak cepat dan tepat dalam menyelidiki insiden PT SMI ini serta mengambil tindakan hukum yang tegas. Menurutnya, pemerintah harus serius karena insiden ini sudah menimbulkan banyak korban jiwa, khususnya pekerja lokal.
“Rentetan kecelakaan yang terjadi ini merupakan alarm bahaya yang terang benderang bahwa banyak yang tidak beres dengan program hilirisasi ini,” tegas politisi asli Purbalingga tersebut.
Rofik mendesak pemerintah untuk mengevaluasi ulang program hilirisasi nikel yang sementara ini lebih banyak mudarat daripada manfaatnya.
“Masyarakat banyak dirugikan berupa nilai tambah yang kecil, terjadinya kecelakaan dan korban jiwa, kerusakan lingkungan hidup dan juga cadangan nikel terus menipis,” terang Rofik. (*)