Soal Presiden ke Depan, Fernando: Anies Figur yang Tepat

  • Bagikan
DEMI ANIES: Tokoh asal Papua, Fernando Yensenem (paling kanan) mengungkapkan, figur capres 2024 yang tepat adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan.

INDOSatu.co – JAKARTA – Deklarasi Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) di Gedung Joeang 45, wilayah Menteng, DKI Jakarta, dikejutkan dengan kehadiran tokoh asal Papua, Fernando Yensenem. Selain sebagai tokoh Papua, pria yang juga Dirut PT Korano Biak Papua Indah itu juga mendeklarasikan diri siap menjadi menjadi ketua tim sukses Anies Baswedan untuk Papua.

Fernando mengaku bahwa kedatangannya di Jakarta pada acara deklarasi ANIES itu semata-mata hanya ingin memiliki presiden yang peduli kepada rakyat. Presiden bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk Papua.

Baca juga :   Ingatkan Luhut, LaNyalla: Tunda Pemilu dan Presiden 3 Periode akan Picu Publik Marah

“Memang banyak figur capres. Tapi untuk Pilpres 2024, Pak Anies tidak hanya pantas, tapi wajib dicalonkan menjadi capres’ kata Fernando.

Munculnya berbagai masalah di Papua harusnya menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Selama ini, kata Fernando, belum ada formula yang pas dibuat pemerintah, untuk menyelesaikan masalah di Papua.

“Saya yakin kalau Pak Anies menjadi presiden, persoalan Papua akan baik-baik saja. Karena saya menganggap, Pak Anies adalah figur yang adil dan mengayomi rakyat Papua,” kata Fernando.

Baca juga :   Lantik PCNU Kota Malang, Gus Yahya Sampaikan Pesan Perdamaian, NU Harus Mendunia

Selain itu, kata Fernando, kehadirannya juga untuk mencari figur presiden yang hakiki. Dan, kata dia, figur itu ada pada Anies Baswedan. “Jadi, Pak Anies itu adalah figur yang pas untuk Indonesia ke depan,” kata dia.

Sebagai warga asli Papua, Fernando juga merasa kecewa terhadap pemerintah. Pembangunan smelter PT Freeport itu idealnya dibangun di Papua, bukan di Gresik. “Ini yang menurut saya pemerintah tidak peka,” kata dia.

Baca juga :   PBB Tolak Kedatangan Utusan Amerika Serikat Bawa Misi HAM untuk LGBTQI+

Padahal, proyek tersebut bisa mengakomodasi tenaga kerja 40 ribu tenaga asal Papua. PT Freeport itu ada di Papua. Karena itu, kata dia, sangat layak smelter itu dibangun di Papua. “Logika sederhananya khan begitu. Dari Papua, oleh Papua, untuk Papua.

“Ini yang menurut saya mengusik keadilan rakyat Papua. Masa pembangunan smelter dibangun di luar Papua. Azas keadilannya yang menurut saya nggak masuk akal,” kata Fernando. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *