INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Publik berharap Pemilu 2024 berlangsung jurdil dan bermartabat. Harapan tersebut disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berharap agar Pemilu tetap berada dalam koridor konstitusi dan jangan ada penyimpangan dan kecurangan.
“Pemilu harus tetap berada dalam koridor konstitusi, tanpa adanya penyimpangan. Para kontestan, termasuk capres-cawapres, tim, dan pendukungnya, diharapkan dapat bersaing secara demokratis dengan penuh etika dan siap menerima hasil dengan sportivitas,” ujar Haedar saat menyampaikan pidato Milad Muhammadiyah ke 111 tahun di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bukan hanya itu. Haedar juga memberikan pesan khusus kepada para pejabat, aparat negara, TNI, dan Polri, serta semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu. Mereka diingatkan untuk menjalankan tugas dengan jiwa patriotisme, profesionalitas, dan tanggung jawab konstitusional.
”Penyelenggara Pemilu harus menjadi wasit yang adil, profesional, dan bertanggung jawab,” kata Haedar.
Pesan untuk seluruh warga negara pun tak luput dari perhatian Haedar. Ia mengajak masyarakat untuk menjaga etika, kedewasaan, serta memupuk sikap saling menghargai dan toleransi dalam menghadapi dinamika Pemilu.
“Semua pihak, baik elite maupun warga, diimbau untuk berintrospeksi diri, menjadi teladan dalam mengikuti kontestasi demokrasi,” tegas Guru Besar Sosiologi itu.
Bagi pimpinan Muhammadiyah, Haedar menegaskan perlunya menunjukkan sikap cerdas, rasional, dewasa, bermartabat, dan berkeadaban mulia dalam menghadapi Pemilu 2024. Warga Muhammadiyah harus berpedoman kepada Khittah, Kepribadian, dan ketentuan organisasi tanpa tafsir dan orientasi kepentingan sendiri-sendiri, serta bersikap cerdas, rasional, dewasa, bermartabat, dan berkeadaban mulia dalam berpartisipasi maupun menghadapi perbedaan politik.
“Buktikan bahwa warga Muhammadiyah berbeda dari yang lain, yakni berpolitik cerdas adiluhung!” seru Haedar.
Muhammadiyah, sebagai organisasi dakwah kemasyarakatan, terus berkiprah dalam membangun Indonesia dan mengawal Pemilu sesuai dengan perannya. Haedar menekankan pentingnya melanjutkan aktivitas bermuhammadiyah dengan semangat dan dedikasi. Ia mengklaim bahwa Muhammadiyah tidak pasif, apatis, dan tutup wajah atas masalah-masalah bangsa.
Lebih lanjut, Haedar mengatakan bahwa, Muhammadiyah selain mengapresiasi kemajuan-kemajuan bangsa, juga prihatin atas berbagai permasalahan dalam kehidupan kebangsaan. Menurut Haedar, kehidupan politik, ekonomi, dan budaya setelah dua dekade reformasi makin liberal dan oligarkis. Demokrasi prosedural dan stabilitas politik belum disertai secara seimbang dengan demokrasi substantif berbasis nilai luhur Pancasila dan Konstitusi.
Akibatnya, kata Haedar, bertumbuh politik uang, politik transaksional, serta politisasi hukum dan konstitusi. Masalah lain yang masih menuntut solusi sistemik ialah korupsi yang masif, utang negara yang besar, kesenjangan sosial ekonomi, eksploitasi sumberdaya alam, serta masalah bangsa lainnya.
“Muhammadiyah terus berkiprah membangun Indonesia dan mengawal Pemilu sesuai porsinya sebagai organisasi dakwah kemasyarakatan, ” pungkas Haedar. (*)