INDOSatu.co – SURABAYA – Dibalik kesuksesan Erra Fazhira menjadi seorang putri Muslimah hingga memiliki deretan prestasi yang membanggakan, rupanya menyimpan perjalanan yang tidak mudah. Erra merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris yang meraih IPK Cumlaude 3,74 di UM Surabaya. Perempuan kelahiran Probolinggo 1 Oktober 1998 rupanya sempat putus kuliah di salah satu perguruan tinggi lantaran terkendala biaya.
Erra merupakan anak yang pemalu sejak kecil, namun potensinya dari kecil sudah terlihat. Sejak kecil, Erra sering mengikuti lomba yang bersifat seni misal melukis, mewarnai. Ia beruntung memiliki orang tua yang memfasilitasi rasa penasaran anaknya.
Sejak masuk sekolah SMP di Madura, bakatnya mulai terlihat dalam bidang dance. Karena memiliki potensi yang besar, ia dipilih oleh agency model. Menurutnya, pengalaman pertamanya dalam dunia modeling adalah ketika ia terpilih sebagai model Shopee Marten di Madura. Sejak saat itu pula, ia menyadari bahwa ia memiliki public speaking yang bagus, sehingga ia terus mengembangkannya.
Setelah lulus dari SMA, Erra nekat untuk pergi ke Jakarta. Ia ingin membangun karir di kota metropolitan tersebut. Setelah mendapatkan kampus di Jakarta, Erra mendapatkan potongan kuliah sebesar 50 persen. Seiring berjalannya waktu, karena di Jakarta ia belum mendapatkan pekerjaan, sehingga ia tidak bisa survive.
“Waktu itu masih di semester awal, rupanya 50 persen dari 21 juta itu masih banyak dan saya di Jakarta hanya modal nekat. Karena untuk kuliah orang tua tidak ada biaya,” ungkap Erra.
Setalah itu, ia memutuskan kembali ke Madura dengan impian kuliah yang masih ia gantung setinggi langit. Bak gayung bersambut, saat itu Jawa Timur membuka ajang Raka Raki Duta Wisata Jatim.
“Waktu itu saya fokusnya kalau bisa menang juara 1 bisa dapat uang 10 juta dan uangnya bisa buat kuliah, setelah proses yang panjang ternyata saya mendapatkan juara harapan 2,”kata dia.
Setelah Raka Raki, Erra mendapat tawaran kesempatan gabung bersama trans 7 terkait pemilihan wanita berbakat. Ia mengikuti casting dan dinyatakan lolos. Berkat program itu ia bisa mendapatkan uang 48 juta, namun uang yang awalnya ingin digunakan untuk kuliah belum sempat digunakan karena ada kebutuhan yang lebih mendesak untuk keluarganya.
“Setelah itu saya coba mencari kampus, setelah keliling di kampus-kampus Surabaya saya memantapkan memilih UM Surabaya karena disana ada beasiswa influncer,” kata Erra. (*)