INDOSatu.co – JAKARTA – Menjelang Pilpres 2024, dinamika politik makin krusial. Desakan menuntut Jokowi mundur dan dipenjarakan, muncul diberbagai forum diskusi, medsos hingga berbagai aksi demonstran.
Tidak hanya Jokowi, tapi anak, mantu, ipar dan istri menuai sorotan serius. Perlawanan rakyat dipicu oleh rasa ketidakadilan atas praktik kekuasaan yang semena-mena.
‘’Terlalu banyak kejahatan yang diproduksi dan makin meresahkan. Nasib Jokowi di ujung tanduk,’’ kata Kritikus dan Pengamat Politik Kebangsaan, Faizal Assegaf dikutip dari akun twitter-nya, Senin (31/7).
Faizal menilai, Jokowi perlu berakrobat. Putar otak agar aman dan selamat, agar tidak dikejar-kejar oleh rakyat. Tentang dugaan ijazah palsu, aneka dugaan korupsi yang menumpuk dan perampokan kekayaan alam.
‘’Sehingga muncul modus licik, cawe-cawe usung Capres boneka disiapkan. Dengan cara itu, Jokowi seolah yakin kelak dilindungi oleh penguasa berikutnya. Justru arogansi tersebut bikin rakyat tambah marah.
Tak kalah norak, kata Faizal, kedua putera Jokowi juga sok perkasa dan mabuk lezatnya kekuasaan. Mereka pikir jabatan bapaknya tanpa batas dan menjadi warisan nenek moyangnya. ‘’Ini namanya tolol!,’’ kata Faizal.
Semua pertunjukan kesombongan itu berakumulasi dan memantik perlawanan rakyat. Sebaliknya, Jokowi terus asyik berpesta, berdiri menantang arus gerakan perubahan yang menuntut keadilan.
‘’Jokowi lupa, waktu semakin dekat untuk mengusirnya dari Istana. Jutaan rakyat intensif berkonsolidasi, menunggunya turun dari kekuasaan dengan berbagai tuntutan,’’ beber aktivis Eksponen 98 itu.
Bahkan, sebagian besar elemen pro perubahan lebih agresif menyuarakan: Turunkan Jokowi, seret dia ke penjara. Tak usah menunggu pemilu dan siapapun yang akan berkuasa.
‘’Sangat mengerikan. Akibat praktek kekuasaan yang jahat dan zalim, telah menyulut kesadaran kolektif rakyat. Kemarahan rakyat pada Jokowi, jauh lebih mendidih dari situasi krusial 1965 dan 1998. Jelas itu sangat gawat!,’’ pungkas Faizal. (adi/red)