INDOSatu.co – JAKARTA – Mantan Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Geisz Chalifah bersuara lantang menyikapi akan direnovasinya Jakarta Internasional Stadium (JIS) dianggap belum layak. Geisz menilai, standar yang dipakai untuk renovasi JIS sangat politis.
“Bila acuannya standar FIFA, maka JIS melampaui dari standar FIFA,” kata Geisz Chalifah dari Instagram resminya, yang dikutip Selasa (4/7). PSSI, kata Geisz, mengatakan, bahwa JIS belum bisa dilaksanakan untuk pertandingan Internasional.
Menurut Geisz, jika menggunakan standar politik PSSI, maka JIS memang belum layak Karena dibangun di era Anies Baswedan. “Namun bila menggunakan standar FIFA, maka JIS melampaui dari standar FIFA.
Sejak awal, JIS dibangun selalu mengikuti buku petunjuk FIFA, menggunakan konsultan Buro Happhold yang membangun stadion-stadion internasional di Eropa maupun di Qatar,” tutur orang dekat Anies Baswedan itu.
Ia menjelaskan, sejak awal pembangunan JIS, assesor dari FIFA dilibatkan. Apalagi, kata dia, JIS adalah mahakarya anak bangsa yang seluruh tenaga kerjanya adalah tenaga kerja lokal.
“Yang perlu dipertanyakan adalah standar PSSI, apakah PSSI punya standar dalam pendidikan sepakbola Indonesia? Apakah PSSI punya standar dalam mengerakan roda kompetisi dari mulai usia dini sampai dengan usia 17? Termasuk kompetisi Liga yang seringkali aturannya berubah-ubah,” kata pria berpenampilan plontos itu.
Dengan keras, Geisz menyatakan, PSSI adalah lembaga sepakbola Indonesia yang otak para pengurusnya bukan mengembangkan sepakbola, tapi untuk mencapai target politik individu.
Sampai hari ini, lanjut dia, PSSI karena tak punya standar. Selain standar politik kepentingan manusia didalamnya, maka PSSI tidak pernah berlaga di ajang Piala Dunia maupun Olimpiade.
“Berbeda dengan Jepang dan Korsel juga Arab Saudi. Yang dulunya kita mampu bersaing dengan mereka, namun sekarang jauh meninggalkan Indonesia,” kata Geisz.
“Silahkan Erick Thohir mau menjadi Capres atau Cawapres dengan menggunakan PSSI sebagai ajang kepentingan pribadinya. Tapi jangan membuat drama dungu dengan mengatakan JIS hanya terdapat satu pintu yang faktanya ada 4 pintu masuk kawasan dan ada 127 pintu memasuki tribun ataupun keluar dari tribun,” sambung Geiz.
Ia menilai, pernyataan renovasi JIS adalah salah satu cara agar ada tangan lain dan sekaligus menghapus nama Anies Baswedan dari stadion yang menjadi mahakarya anak bangsa Indonesia yang ribuan tenaga kerjanya bukan impor melainkan tenaga kerja lokal.
“Tujuan mengatakan renovasi JIS adalah cara untuk menghilangkan nama Anies Baswedan dari persepsi publik sebagai pembangunnya, berganti menjadi sang renovator JIS, yaitu Erick Thohir,” pungkas Geisz. (adi/red)