Cegah Stunting, Bupati Lamongan Launching Gerakan Inovasi Ferrameg

  • Bagikan
DEMI GENERASI SEHAT: Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi menyampaikan sambutan pada acara launching program inovasi Ferrameg (Fe Hari Rabu Megilan), di SMPN 2 Lamongan, Senin (19/6).

INDOSatu.co – LAMONGAN – Sebagai langkah pencegahan stunting serta penurunan angka kematian ibu dan anak sejak dini, Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi (Pak Yes) me-launching program inovasi Ferrameg (Fe Hari Rabu Megilan), di SMPN 2 Lamongan, Senin (19/6).

Gerakan serentak yang di ikuti di setiap kecamatan ini, ditujukan agar ferrous yang di minum remaja putri (rematri) dapat dilakukan secara konsisten seminggu sekali sepanjang tahun di setiap hari Rabu. Pasalnya, berdasarkan sensus kesehatan nasional dari 76 persen capaian ferrous yang telah dibagikan kepada rematri, hanya 1,4 persen tablet tambah darah (TTD) yang diminum. Sehingga perlu adanya pembangunan kesadaran pada rematri, maupun orang tua dan guru sebagai pendorong.

“Saat ini yang harus kita lakukan adalah memberi kesadaran, bahwa gerakan ini harus dijaga dan konsisten. Pastikan tablet tambah darah (TTD) diminum, sehingga kesadaran bahwa ini penting untuk anak didik dan remaja didik kita. Aksi ini menjadi momentum support kita semua, supaya mempunyai kesadaran yang sama bahwa gizinya cukup, anak-anak terhindar dari stunting. Lamongan bebas stunting,” tutur Pak Yes.

Baca juga :   Dikunjungi Kemenkes RI, RSUD Soegiri Bakal Ditetapkan sebagai RS Pendidikan

Di Lamongan capaian Ferrous atau tablet tambah darah hingga saat ini mencapai mencapai 71,63 persen. Sementara untuk ibu hamil telah mencapai 92,35 persen. Sedangkan, berdasarkan hasil screeaning TTD pada rematri di Kabupaten Lamongan diketahui masih terdapat 4,45 persen yang status resiko merah. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk terus menekan dan menjaga resiko anemia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan Taufik Hidayat mengatakan, bahwa penanganan stunting dikelompokkan menjadi dua, yakni secara kuratif dengan menemukan kasus stunting yang berpijak pada data dari kegiatan bulan timbang dan dilanjutkan secara preventif, yakni melalui upaya pencegahan.

”Kita harus melakukan 2 hal untuk mencegah dan meminimalisasi terjadinya kasus stunting. Secara kuratif yang didasarkan data bulan timbang harus diperhatikan dengan seksama saat melakukan input data by name by addres, karena dari situ kita dapat menghitung kasus secara angka. Setelah terhitung, baru akan dilanjutkan dengan penyusunan upaya,” tegas Taufik pada kegiatan evaluasi stunting Kabupaten Lamongan di seluruh kecamatan secara daring dalam kanal zoom, Senin (19/6) di ruang Command Center Pemkab Lt.3.

Baca juga :   Optimistis Turunkan Angka Pengangguran, Pemkab Lamongan Hadir Bekali Diklat

Screening yang dilakukan setiap satu bulan sekali ini menetapkan 5 indikator sebagai sasaran percepatan dan penurunan stunting, mereka ialah 10.314 remaja putri (477 masuk kategori merah, 3.657 masuk kategori kuning, dan 6.577 masuk kategori hijau). Sedangkan 1.362 calon pengantin (83 masuk kategori merah, 429 masuk kategori kuning, dan 847 masuk kategori hijau), 5.976 ibu hamil (450 masuk kategori merah, 2.548 masuk kategori kuning, dan 2.973 masuk kategori hijau).

Selain itu, sebanyak 1.934 ibu nifas (60 masuk kategori merah, 775 masuk kategori kuning, dan 1.099 masuk kategori hijau), dan 23.616 anak usia di bawah dua tahun atau sekitar 0-23 bulan (Baduta) (938 diantaranya masuk kategori merah, 7.264 masuk kategori kuning, dan 15.433 masuk kategori hijau). Pada daerah yang masuk dalam kategori merah dan kuning akan diberikan intervensi untuk mengatasi kasus dan tentunya memenuhi target angka stunting tahun 2024 di Lamongan sebesar 12,3 persen.

Baca juga :   Pansus DPRD dan Pemkab Lamongan Sepakati 13 Raperda untuk Disampaikan ke Gubernur

Di Kecamatan Paciran sebagai wilayah yang memiliki potensi tinggi akan stunting telah melakukan intervensi berupa mendorong pemberian ASI ekslusif hingga usia 23 bulan, imunisasi lengkap, makanan tambahan pada balita untuk mengatasi kekurangan energi dan penyakit kronis, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri (Rematri), melakukan cek HB, sosialisasi sertakonseling gizi gemar makan protein hewani, dan lainnya.

Melihat intervensi yang dilakukan oleh masing-masing kecamatan, Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Lamongan yang diwakili, Suyatmoko memberi masukan agar setiap intervensi dituliskan secara detail, baik secara deskriptif maupun kuantitas agar bersifat akuntabel saat dilakukan monitoring.

“Kepada TPPS Kecamatan harap melengkapi data intervensi dengan penjelasan kuantitas maupun berbentuk persentase. Hal itu bertujuan mempermudah melakukan monitoring akan intervensi yang dilakukan dengan hasil yang didapat. Sebab, selain menggencarkan pemenuhan gizi juga terdapat pola asuh yang harus kita amati,” tambah Suyatmoko. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *