Cawe-Cawe Presiden Jokowi Sulit Diterima Akal Sehat dan Hati Nurani

  • Bagikan
KACAUKAN NETRALITAS: Ketua Umum DPP Partai Ummat, Ridho Rahmadi mengatakan, sikap ikut cawe-cawe Presiden Jokowi bisa mendorong ketidaknetralan aparat pemerintah.

INDOSatu.co – JAKARTA – Pernyatan Presiden Joko Widodo yang akan ikut cawe-cawe dalam Pilpres 2024 terus menuai kecaman. Kini, kecaman keras datang dari Partai Ummat. Ketua Umum DPP Parta Ummat Ridho Rahmadi mengatakan, bahwa cawe-cawe presiden Jokowi sangat sulit diterima oleh akal sehat maupun hati nurani.

”Keinginan cawe-cawe Presiden Jokowi juga akan memperkeruh dan mengacaukan netralitas seluruh jajaran aparat pemerintahan,” kata Rahmad, Sabtu (10/6).

Baca juga :   Respon Pasangan Anies-Sohibul, Waketum Gerindra: Keputusan Itu Belum Pasti

Selain itu, kata Rahmadi, ikut cawe-cawe dalam urusan pilpres tersebut bisa diterjemahkan sebagai bentuk instruksi kepada seluruh jajaran pemerintah agar mengerahkan semua sumber daya negara, baik personel maupun materil, untuk kemenangan salah satu capres.

‘’Dan itu dapat menghidupkan kembali dwifungsi TNI dan menghilangkan netralitas,’’ kata Rahmadi.

Menurut Rahmadi, keberpihakan presiden Jokowi terhadap Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, serta ketidakberpihakan terhadap Anies Baswedan merupakan tontotan yang tidak adil dan jauh dari moral.

Baca juga :   Pengurus Partai Ummat Temui Komisioner KPU Jelaskan E-Voting Berbasis Blockchain

Publik menilai, kata Rahmadi, diganggunya Partai Demokrat dan Partai NasDem dengan berbagai cara melalui penyalahgunaan kekuasaan, dan juga kasus Formula E, merupakan upaya sistematis untuk menggagalkan pencapresan Anies Baswedan.

Rahmadi menengarai, gerakan semakin kentara karena diduga didorong kepentingan presiden Jokowi untuk melanjutkan proyek-proyek mercusuar/jutaan dolar dari China yang membutuhkan kepastian setelah tahun 2024.

Baca juga :   Mapan dengan Konstruksi Politik, Gus Yahya Tegaskan NU Tak Mau Terlibat Politik Praktis

Tekanan dari China terhadap presiden Jokowi, kata Rahmadi, menjadi salah satu pendorong untuk tiga periode, dan jika tidak berhasil, maka skenario “all presidents’ men” harus dijalankan, supaya bisa melanjutkan proyek-proyek dari China tersebut. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *