Diklaim Jokowi Petinggi Demokrat Sering Bertemu Malam Hari, Syarief: Itu Pernyataan Keliru

  • Bagikan
LURUSKAN PRESIDEN: Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Syarief Hasan mengklarifikasi pernyataan Presiden Jokowi bahwa petinggi Partai Demokrat (PD) sering bertemu dengan Jokowi pada malam hari. Statemen keliru Jokowi tersebut diluruskan Syarief Hasan agar tidak terjadi multitafsir di masyarakat.

INDOSatu.co – JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat (F-PD), Syarief Hasan akhirnya merespons pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut petinggi Partai Demokrat (PD) sering ke Istana pada malam hari. Pernyataan keliru ini disampaikan Presiden Jokowi dalam pertemuannya dengan pemimpin redaksi media massa pada Senin, (29/5).

Syarief Hasan menyampaikan dengan tegas bahwa Partai Demokrat tidak pernah berinisiatif sendiri ke istana. Syarief Hasan menegaskan bahwa, pernyataan Presiden Jokowi di hadapan pemimpin redaksi (pemred) media massa itu keliru.

”Partai Demokrat tidak pernah meminta jadwal bertemu di istana, termasuk jadwal malam hari seperti yang disampaikan Presiden Jokowi,” ungkap Syarief Hasan.

Baca juga :   Waspadai Kenaikan Biaya Kesehatan, Lestari: Bisa Menghambat pada Sistem Kesehatan Nasional

Mantan Menkop dan UKM di era Presiden SBY ini melanjutkan, pimpinan Partai Demokrat tidak pernah sembunyi-sembunyi bertemu Presiden Jokowi. Syarief Hasan juga juga secara tegas menyampaikan bahwa pimpinan Partai Demokrat tidak pernah bertemu secara sembunyi-sembunyi dengan meminta waktu malam hari bertemu Presiden Jokowi.

”Pernyataan tersebut keliru dan menimbulkan multitafsir di masyarakat, mengingat Partai Demokrat adalah partai oposisi,” beber Syarief Hasan.

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini meluruskan pernyataan tersebut. SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat pernah bertemu Presiden Jokowi hanya sekali di Istana Merdeka. Pertemuan tersebut atas inisiatif undangan Presiden Jokowi, bukan Pak SBY.

”Mas Ketum AHY juga hanya sekali bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor atas inisiatif Presiden Jokowi,” jelas Syarief Hasan.

Baca juga :   Ini Kriteria Capres PKS, Sohibul: Mereka yang Mampu Kelola Pemerintahan, Bukan Pencitraan

Syarief Hasan melanjutkan, Ketum AHY diundang atas inisiatif Presiden Jokowi karena ingin memberikan klarifikasi terkait posisi Istana terhadap Partai Demokrat. Pada awalnya Presiden Jokowi mengundang Pak SBY, namun Pak SBY menyampaikan sebaiknya yang hadir adalah Mas AHY selaku Ketum Partai Demokrat.

”Presiden Jokowi memberikan penjelasan terkait posisi Istana terhadap ulah KSP Moeldoko yang ingin mengambilalih Partai Demokrat secara inkonstitusional,” kata Syarief Hasan.

Dengan demikian, kata Syarief Hasan, hanya dua kali pimpinan Partai Demokrat bertemu Presiden Jokowi di Istana atas inisiatif Istana sendiri. Selebihnya, Pak SBY pernah bertemu Presiden Jokowi pada saat diundang hadir dalam Gala Dinner G20 dan pernikahan Kaesang di Solo.

Baca juga :   Fadel Muhammad Buka Usulan Pemisahan Ditjen Pajak dari Kemenkeu

“Kalau dua pertemuan ini hanya silaturahmi saja. Presiden SBY menghormati tamu-tamu G20 dan menghargai undangan pernikahan Kaesang di Solo,” ungkap Syarief Hasan.

Politisi Senior Partai Demokrat ini menegaskan posisi Partai Demokrat perlu mengklarifikasi informasi agar tidak simpang siur, yang sekaligus menjelaskan posisi Partai Demokrat sebagai parpol di luar pemerintahan rezim sekarang ini. ”Kami berkontribusi bagi bangsa dan negara melalui luar pemerintahan dan menjadi penyeimbang kekuasaan. Kami tidak pernah mendekati kekuasaan Presiden Jokowi,” tegas Syarief Hasan. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *