INDOSatu.co – JAKARTA – Delegasi Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) datang di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (3/5). Mereka disambut hangat oleh Wakil Ketua MPR H. Yandri Susanto S.Pt. Delegasi BPIP yang dipimpin oleh Deputi II Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi; Kemas Akhmad Tajuddin SH., MH., itu diterima di Ruang Kerja Pimpinan MPR.
BPIP menemui Yandri Susanto untuk menyampaikan rencana mereka terkait Peringatan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni. Salah satu rangkaian acara yang akan digelar adalah mengadakan seminar nasional. “Kami mengundang Bapak untuk menjadi narasumber dalam seminar,” ujar Kemas Tajuddin. “Tema yang kami sampaikan adalah ‘Antispasi Ancaman Radikalisme Terhadap Persatuan Bangsa,’ tambah dia.
Mendapat undangan menjadi pembicara seminar, Yandri Susanto secara spontan mengucapkan siap datang dalam acara yang akan digelar di Jakarta itu. Kepada wartawan, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan, “Acara yang bagus.”
Meski demikian, Yandri menegaskan kepada delegasi bahwa paling penting dilakukan oleh BPIP adalah implementasi dari nilai-nilai Pancasila. Menurut Yandri, lembaga ini jangan hanya berteori terlalu tinggi, tetapi pada akhirnya tidak dipahami oleh masyarakat atau akar rumput.
Yandri meminta kepada BPIP untuk merumuskan dan meramu apa yang ditugaskan kepada lembaga itu dengan menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana, tetapi dipahami oleh masyarakat, “Sehingga, Pancasila membumi bukan di awang-awang. Pancasila juga jangan sekadar dihafal, tetapi harus diamalkan, sehingga menjadi perilaku,” tambah Yandri.
Lembaga ini, oleh Yandri Susanto juga diharapkan kerap melakukan kajian-kajian dan focus group discussion (FGD) secara rutin. Bagi wakil rakyat dari Dapil II Banten itu, yang paling penting adalah bagaimana keberlanjutan dari program BPIP bisa disambut dan diterima oleh masyarakat.
Terkait tema seminar, pria asal Bengkulu itu menyebut radikalisme merupakan pekerjaan rumah bangsa. Masalah radikalisme ini harus diatasi secara serius. Bisa jadi masalah yang ada sering muncul karena belum maksimal dalam mengatasi.
“Persoalan rakyat yang belum kita carikan solusinya merupakan faktor terjadinya tindakan radikalisme. Jadi, masalah radikalisme perlu dikaji, apakah karena masalah ekonomi, pendidikan, dan lingkungan,” tambah Yandri.
“Dari kajian yang ada itulah, Yandri Susanto berharap ada output yang bisa menjadi solusi yang tepat,” sambung Yandri Susanto. (adi/red)