Berawal dari suka menulis, yang kemudian diaplikasikan ke dunia pendidikan, mengantarkan Hilmin Dwi Astuti, guru Bahasa Inggris SMPN 1 Semanding diganjar berbagai penghargaan. Termasuk, menerima beasiswa sekolah di Singapura. Seperti apa ceritanya?
Syaiful Anwar – TUBAN
Siang itu, aktivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMPN 1 Semanding, tampak ramai. Tampak lalu lalang Siswa-siswi lengkap mengenakan seragam sekolah, terlihat di halaman tengah sekolah. Mereka tampak bergegas menuju halaman depan sekolah. Ya, saat itu jam pelajaran sudah selesai dan mereka hendak kembali ke rumah masing-masing.
Tak berselang lama, selepas keluar dari ruang kelas, beberapa pengajar pun kemudian menuju ruang guru. Salah seorang guru, tampak semringah lantaran kegiatan belajar mengajar tatap muka telah dimulai. “Senang, bisa ketemu sama murid-murid belajar di sekolah,” ungkap Hilmin Dwi Astuti.
Sekilas, penampilan yang ditunjukkan oleh Hilmin, sapaan Hilmin Dwi Astuti, sama seperti guru lainnya. Namun siapa sangka, dibalik kesederhanaan yang ditunjukkan perempuan berusia 44 tahun ini, tersembunyi prestasi yang patut diapresiasi.
Sebab, diusia yang sudah tidak muda lagi, dia justru memiliki segudang prestasi membanggakan. Diantaranya, juara pertama lomba guru berprestasi tingkat Kabupaten Tuban, juara dua Multimedia Animasi Pembelajaran (MAP) Pusat Belajar Guru (PBG) Tuban. Juara tiga lomba inovasi guru bidang pembelajaran, tingkat Nasional di tahun 2017. Dari, berbagai prestasi yang telah diraihnya, yang paling berkesan, yakni ketika mengikuti lomba inovasi guru tingkat Nasional. Sebab, saat mengikuti lomba tersebut dirinya bersaing dengan guru berprestasi lainnya dari berbagai daerah seluruh Nusantara. “Awalnya saya mengirim tulisan berupa naskah. Terkait inovasi pembelajaran, kemudian naskah saya diseleksi dan terpilih, lalu diundang mengikuti workshop,” ujar perempuan yang kini mendapat tugas Wakil Kepala Sekolah (Waka) bidang Kurikulum.
Selanjutnya, dirinya diundang untuk presentasi tingkat nasional yang digelar di Bali, dan lolos seleksi 32 besar tingkat nasional kategori bahasa kelompok IPS PB. Setelah itu, dia dapat undangan dari Kementerian Pendidikan, untuk berangkat ke Singapura. “Karena lolos seleksi, akhirnya saya dikirim ke Singapura, untuk mengikuti pendidikan bahasa tingkat diploma selama enam bulan,” bebernya.
Dia mengaku senang dan tidak menyangka, berawal dari kesukaannya menulis itu, bisa membawanya belajar ke Singapura. Dia mengaku, dari dulu memang suka menulis, terlebih ketika menjadi pengajar, dia suka membuat tulisan tentang metode pembelajaran yang akan digunakan untuk mengajar anak didiknya. Selain suka menulis, dirinya juga menyukai hal baru atau tantangan. “Apalagi sudah pernah merasakan juara, jadi ‘nagihi’ kalau ada perlombaan, selalu ikut,” ucap perempuan berhijab ini.
Namun, lantaran dirinya sering menjuarai lomba inovasi guru tingkat Nasional, kini dirinya sudah tidak bisa mengikuti perlombaan serupa. Alasannya, untuk memberikan kesempatan bagi guru yang lain agar bisa berprestasi. “Dulu waktu ikut perlombaan, jurinya selalu bilang, ketemu orang ini lagi, ini lagi,” kelakar sambil terkekeh.
Meski demikian, segudang prestasi yang diperolehnya tersebut diaplikasikan di sekolahnya. Selain diterapkan pada metode pembelajaran, ilmu yang diperoleh tersebut rencananya juga akan diterapkan dalam bentuk website. “Rencananya pihak sekolah akan membuat website, nantinya selain guru yang akan menulis, website tersebut juga akan dijadikan wahana untuk belajar siswa, terutama belajar bidang karya tulis,” imbuhnya. (*)