INDOSatu.co – BOJONEGORO – Keberhasilan pengembangan perguruan tinggi (PT) akan ditentukan dari kemampuannya melakukan sinergi dengan dinamika ekonomi yang ada di lingkungan sekitar. Karena itu, perguruan tinggi NU harus membekali para mahasiswanya agar bisa mengakses peluang ekonomi yang lebih baik.
Sebab pada umumnya, orang akan mencari atau masuk perguruan tinggi berdasarkan oleh aspirasi agar bisa mengakses peluang-peluang ekonomi yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Statemen tersebut diungkapkan Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat meresmikan Gedung KH Hasyim Asy’ari di Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) Bojonegoro, Jawa Timur, pada Selasa (13/12) siang.
“Jadi, orang mau sekolah karena ingin mendapat peluang ekonomi lebih baik. Maka, perguruan tinggi seperti Unugiri ini, akan berkembang dalam menarik minat para calon peserta didik, apabila mampu menyediakan bekal bagi mahasiswanya untuk mengakses peluang ekonomi yang lebih baik itu,” tegas Gus Yahya.
Karena itu, Gus Yahya meminta Unugiri Bojonegoro untuk perlu mengerahkan sumber daya intelektual agar mampu jeli melihat dinamika ekonomi yang sedang terjadi di sekitar. Sebab, ada banyak perubahan-perubahan, sehingga tidak bisa lagi terpikir tentang konstruksi ekonomi seperti pada masa lalu.
Gus Yahya mengingatkan bahwa, ada sesuatu yang berubah secara fundamental di dalam dinamika ekonomi Indonesia saat ini, yang tidak bisa dihindari. Hal itu karena ekonomi merupakan sektor paling dekat dengan globalisasi.
“Semua hal yang menyangkut globalisasi yang terkena dulu adalah sektor ekonomi. Ada perubahan yang harus kita pahami dan ikuti,” tutur kiai yang pernah menjadi Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
Contohnya, Gus Yahya menyebut ada perubahan di dalam model-model industri. Semula, model industri berbasis penambahan nilai atas sumber daya alam. Namun kini, pergerakan industri cenderung lebih berbasis pada teknologi. Menurut dia, apabila kecenderungan perubahan peluang ekonomi itu semakin bergeser kepada basis teknologi, maka peluang-peluang ekonomi akan semakin spesifik dan terspesialisasi.
“Kalau kemarin-kemarin sarjana apa saja, masih bisa punya peluang ekonomi yang bermacam, bisa jadi ini-itu, karena masih ada ruang ekonomi yang masih fleksibel, maka ke depan fleksibilitas ini akan semakin berkurang. Karena orang bertarung dalam kompetisi teknologi. Ini harus kita (perguruan tinggi NU) pertimbangkan,” imbuhnya. (*)