Atasi Pendemi, Bupati Pelopori Gerakan ‘Ayo Nguliner, Ayo Nukoni’

  • Bagikan
BANTU BEBAN PKL: Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi membeli jajanan pedagang.

INDOSatu.co – LAMONGAN – Banyak cara dilakukan untuk menggairahkan kembali ekonomi para pedagang kaki lima (PKL) di Lamongan. Dipelopori Yuhronur Efendi, bupati setempat, Pemkab Lamongan membuat gerakan yang mungkin bisa jadi contoh daerah lain.

Gerakan tersebut oleh Yuhronur dititeli
“Ayo Nguliner, Ayo Nukoni”. Gerakan ini diharapkan mampu memulihkan ekonomi masyarakat bawah, terutama para PKL. Di saat pandemi saat ini, perputaran ekonomi yang paling terpukul adalah para PKL. Mereka buka lapak setiap hari, tapi sepi pembeli.

Baca juga :   TMMD ke-114 Kolaborasi Pemkab-TNI Hadirkan Infrastruktur Megilan di Lamongan

Melalui gerakan Ayo Nguliner, Ayo Nukoni. Yuhronur meyakini, gerakan tersebut dapat meningkatkan kembali penghasilan para pedagang yang terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Dengan gerakan Ayo Nguliner, kata dia, warga Lamongan yang mampu dapat membantu para pedagang kecil kaki lima, dengan cara berbelanja dan membeli (nukoni). Sehingga, pendapatan mereka kembali meningkat.

Karena itu, Yuhronur Efendi menghimbau pada seluruh masyarakat Lamongan yang memiliki rezeki lebih agar berbelanja di pedagang, misalnya pedagang kaki lima. Khususnya yang ada di sekelilingnya.

Baca juga :   Siap Berkiprah Diforda, Bupati Lamongan Berharap KORMI Dorong Pembangunan SDM

“Ayo Nguliner, Ayo Nukoni. Kita bisa menikmati makanan yang kita sukai plus beramal. Membantu mereka yang membutuhkan. Dengan cara membeli dagangan mereka,” ungkap dia.

Yuhronur menjelaskan,
selain pandemi yang masih terus berlangsung, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dampaknya sangat dirasakan para pedagang.

Pembatasan jam buka tempat usaha, mobilitas warga, dan ketentuan makan di tempat yang terbatas, juga membuat tidak nyaman dan merugikan pedagang. “Semua harus diambil hikmahnya. Semoga ke depan, situasi akan kembali normal dan aktivitas ekonomi bisa kembali berjalan lancar,” harap Yuhronur.

Baca juga :   Bermain Hujan-hujanan, Terbawa Arus, Bocah Perum MSI Menganti, Gresik Meninggal

Di daerah pantura Paciran misalnya, penurunan pendapatan pedagang juga sangat nyata. Karena selain pembatasan jam tempat usaha, juga sepinya pembeli, sehingga PKL mengalami kerugian. Mereka mengaku, meski berjualan, karena sepi, sehingga tidak balik modal.
“Juli dan Agustus biasanya ramai karena liburan, sekarang ya sepi. Jalanan juga sepi. Jarang wong nglencer. Tidak seperti biasanya”, ujar nyonya Rudi, pedagang yang mangkal di barat Lore Nanjan (Lorena) Paciran. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *