INDOSatu.co – JAKARTA – Rilis Bloomberg dan kegusaran para anggota DPR RI terkait masuknya Indonesia dalam daftar 15 negara yang berisiko mengalami resesi direspon Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
Menyikapi survei Bloomberg itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa hasil survei tersebut justru menunjukkan indikator ekonomi Indonesia jauh lebih baik dari negara-negara lain yang peringkatnya di atas Indonesia dalam survei tersebut.
Sri Mulyani menggambarkan bahwa, indikator neraca pembayaran, APBN, ketahanan dari GDP, dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga serta monetery policy relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya hanya 3 persen, dibandingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi jauh di atas. yaitu di atas 70 persen. ‘’Jadi, insya Allah Indonesia masih aman,” ujar Sri Mulyani saat konferensi pers belum lama ini.
Meski demikian, menteri asal Semarang, Jawa Tengah itu, Indonesia masih tetap harus waspada terhadap potensi resesi yang masih dapat terjadi. Pasalnya, saat ini negara-negara di dunia masih dibayangi resesi dan kenaikan inflasi.
“Kita tetap harus waspada karena ini akan berlangsung sampai tahun depan. Risiko global mengenai inflasi dan resesi, atau stagflasi sangat rill dan akan menjadi salah satu topik pembahasan kita,” ucapnya.
“Namun message-nya adalah kita tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan kita,” kata Menkeu.
Dia menambahkan, sejak terjadi krisis ekonomi tahun 2008-2009, kini sektor keuangan Indonesia menjadi jauh lebih prudent (hati-hati, Red). Kini non performing loan (NPL) tetap terjaga serta eksposur pinjaman luar negeri turun.
“Artinya belajar dari krisis global, sektor korporasi financial APBN moneter semuanya mencoba memperkuat diri sendiri pada saat hadapi risiko, sekarang ini kita dalam situasi daya tahan masih lebih baik makanya kita disebutkan ratingnya lebih kecil,” tutur Sri Mulyani. (*)